Merapi, Antara Pesona dan Bahaya

0 comments

Photobucket - Video and Image Hosting
Gunung Merapi kembali menjadi pusat perhatian belakangan ini. Aktivitasnya yang terus meningkat membuat status gunung berapi ini naik dari siaga menjadi “Awas,” sejak Sabtu (13/5) lalu. Kendati demikian Merapi tetap memberikan pesona dan daya tarik tersendiri.

Seperti ditulis Suara Merdeka, pada hari Minggu (14/5) lalu, di pinggir-pinggir jalan raya di Selo, Kabupaten Boyolali, masyarakat tampak berduyun-duyun menikmati keindahan Merapi. Mereka berasal dari berbagai daerah, ada yang rombongan, membawa mobil pribadi dan banyak pula yang mengendarai sepeda motor. Mereka berdiri di pinggir-pinggir jalan menikmati keindahan Gunung Merapi yang mengeluarkan lelehan lahar panas.

Merapi memang menawarkan fenomena keindahan. Hal tersebut dibenarkan Sugi (30), penduduk Wates, D.I. Yogyakarta yang kini bermukim di Bandung. “Merapi memang indah untuk dilihat. Terakhir saya ke sana (Kawasan Merapi - red) tahun 1998, waktu itu saya melihat dari radius 5 km ke Merapi, tepatnya di sekitar Rumah Sakit Pakem” ujar Sugi.

Senada dengan Sugi. Eral, penduduk Sleman menuturkan keindahan tempat wisata di sekitar Merapi kepada CyberMQ. “Ada beberapa tempat wisata yang bisa kita kunjungi,” kata dia. Eral menambahkan bahwa pemandangan di Merapi memang indah, baik saat keadaan normal, ataupun saat kondisi Awas seperti sekarang ini.

Demikian juga dengan Adjie (27), alumnus Universitas Gajah Mada ini membenarkan keindahan pemandangan Gunung Merapi, terutama bila dilihat dari kawasan Kaliurang. Kendati menurutnya tidak jauh beda dengan pegunungan lainnya. “Saya pikir pemandangannya sama saja, seperti di daerah Lembang, sejuk,” tuturnya.

Kawasan sekitar Merapi memang menarik untuk dikunjungi. Di sana terdapat berbagai lokasi wisata yang bisa menjadi pilihan, seperti Kaliurang, Bumi perkemahan dan arena panjat tebing di Bebeng Kaliadem, ataupun air terjun Kayang. Air terjun setinggi 50 meter di lereng utara Merpai ini terletak di Desa Wonolelo. Menurut kelompok pecinta alam Grapala, sumber air terjun itu berasal dari Tuk Sanga (mata air sembilan) di dusun Windu Kidul lereng Gunung Merbabu. Bagi pecinta alam yang ingin berkemah terdapat arena kemah yang berlokasi di atas air terjun tersebut.

***

Namun begitu, Merapi tidak hanya menyuguhkan pesona keindahan saja. Sebagai salah satu gunung berapi teraktif di dunia, Gunung Merapi juga memiliki potensi bahaya bagi penduduk sekitar maupun pendatang yang ingin berkunjung ke lokasi tersebut, karena Gunung yang tumbuh di atas titik potong antara kelurusan vulkanik Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi dan kelurusan vulkanik Lawu - Merapi - Sumbing - Sindoro – Slamet ini bisa meletus sewaktu-waktu. Apalagi jumlah penduduk sekitar Gunung Merapi cukup padat sehingga ada resiko yang tinggi jika terjadi erupsi

Berdasarkan sejarah, hingga Februari 2001, tercatat sedikitnya 82 kejadian letusan Merapi. Secara rata-rata Merapi meletus dalam siklus pendek yang terjadi setiap antara 2 – 5 tahun, sedangkan siklus menengah setiap 5 – 7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama >30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunung api.

Letusan Gunung Merapi selalu dilalui dengan proses yang panjang yang dimulai dengan pembentukan kubah, guguran lava pijar, dan awan panas yang secara definisi sesungguhnya awal dari erupsi tipe efusif. Demikian dinyatakan gudeg.net.

Belakangan, Gunung Merapi kembali memuntahkan lava pijar dan letusan Piroclastic yang sering disebut awan Wedus Gembel. Sepanjang Jum'at (12/3) lalu tercatat terjadi 30 kali guguran lava pijar ke arah hulu Sungai Krasak dan Sungai Boyong dengan jarak luncuran 1,5 kilometer. Selain itu, Merapi juga tiga kali mengeluarkan awan panas ke arah Kali Krasak dan Kali Boyong dengan jarak luncur 1,6 kilometer.

Kondisi tersebut menyebabkan penduduk di sekitar Merapi mengungsi. Pemerintah Daerah Magelang dan Boyolali, Jawa Tengah, menyiapkan sedikitnya 30 tempat penampungan sementara yang tersebar di 13 tempat di tiga kecamatan. Tempat penampungan tersebut disiapkan untuk 29 ribu warga Magelang yang bermukim di 21 desa di lereng Merapi yang telah dinyatakan sebagai zona merah letusan Merapi.

Namun setelah beberapa hari lalu Merapi menunjukan peningkatan aktivitas , hari Jumat (19/5) ini kondisinya mulai menurun. Menurut laporan Eral, mahasiswa komunikasi UMY, yang juga aktivis Gerakan Membangun Nurani Bangsa (Gemanusa) Yogyakarta, kondisi Merapi kini tidak seaktif hari Senin (15/5) dan Rabu (17/5) lalu, ketika dirinya menyaksikan dari dekat lokasi. “Alhamdulillah, sekarang aktivitasnya mulai stabil, dalam artian tidak terjadi peningkatan awan panas maupun lava pijar yang jelas terlihat di malam hari,” kata Eral.

Meski begitu Gunung Merapi hingga kini masih dinyatakan dalam status awas. Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Subandriyo, seperti dilansir Metro TV menjelaskan, awan panas dalam volume besar masih mungkin terjadi karena kubah lava belum berubah dan volumenya masih 2,3 juta meter kubik.

Melihat kondisi saat ini, menurut Subandriyo, Merapi masih dimungkinkan mengeluarkan awan panas dalam jumlah besar. Menurutnya status Merapi akan diturunkan menjadi waspada jika dalam waktu tertentu Merapi tidak lagi memuntahkan awan panas. (indra kh)***


    Image hosting by Photobucket
    • Indra KH
    • Content Dev, IT Documentation
    • Bandung, Jawa Barat, Indonesia
    • My Profile!
    • Chat with Indra KH

RECENT POST

ARCHIVES

BLOGROLL

LINKS

BREAKFAST

Google



    cybermq


blog-indonesia

Indonesian Muslim 

Blogger

karyacipta





Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x


"Hit
Online College Degree