Gempa Robohkan Rumah Kami


E-mail this post



Remember me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...



Photobucket - Video and Image Hosting
Ujung Berung, Sabtu (27/5) pagi sekitar pukul 06.00. Menurut pengakuan Jatno (43), saat itu ia masih disibukan dengan aktivitas menata tumpukan sound system yang belum sempat ia bereskan, setelah disewa orang lain malam sebelumnya. Ia sungguh tidak tahu jika pada saat yang sama, keluarga dan tetangganya di Sanden, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta tengah dilanda perasaan mencekam, takut, panik dan bahkan histeris karena gempa berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang kampungnya.

“Waktu saya nonton televisi jam delapan (08.00 WIB) baru saya kaget, ternyata ada gempa di Jogja dan Jateng,” ungkap Jatno kepada CyberMQ. “Saat itu juga perasaan saya langsung tidak enak, ingat bapak, si mbok dan juga saudara-saudara di kampung.” Apalagi ketika siaran TV terus menerus menyampaikan berita gempa dan korban yang tambah banyak, saya makin tidak tenang,” tambah Jatno.

Ayah dari dua anak ini pantas merasa khawatir, pasalnya saudara dan kerabatnya sebagian besar berada di Yogyakarta. “Reni, adek perempuan saya tinggal di Bantul, sekitar lima puluh meter dari rumah si mbok, adek saya Budi tinggal di Sleman deket Merapi. Keluarga Pak Lik dan Pak Dhe juga ada di Bantul,” katanya.

Menurut Jatno dirinya berkali-kali mencoba menelpon kerumah orang tuanya, namun tidak kunjung mendapat jawaban. Beruntung salah satu adiknya, Reni pada Sabtu siang berinisiatif menelpon ke Bandung untuk memberi kabar tentang kondisi orang tuanya. “Reni memberitahu ke saya kalau bapak dan si Mbok selamat, tapi rumah kami di sana (Bantul) hancur,” kata Jatno.

Kendati demikian karyawan di salah satu perusahaan BUMN ini mengaku masih merasa sedih, pasalnya keluarga Pak Lik dan Pak Dhe-nya hingga kini belum ditemukan. “Nggak tau mereka mengungsi ke mana ? Sampai sekarang saya belum dapet kabar.”

Pada Sabtu siang, ungkap Jatno keluarganya di Bantul telah mengungsi ke Sleman. “Mereka semua mengungsi ke rumah Budi (adik Jatno – red)) di Sleman, soalnya di Bantul kesulitan tempat berteduh. Barang-barang biarkan saja, yang penting jiwa selamat,” tutur dia.

Untuk menambah ketenangan dirinya, pada hari itu juga ia memutuskan untuk memboyong semua keluarga besarnya ke Bandung.

Pada hari Minggu (28/5) sore CyberMQ berkesempatan bertemu dengan keluarga Jatno. Mardjono (63), ayah Jatno yang langsung mengalami kejadian gempa Sabtu (27/5) bercerita : “Kala kejadian bencana meniko kulo saweg resik-resik, mboten nyongko-nyongko jobin keroso oyag kiat sanget, kulo dados sadar wonten lindhu, salajengipun kulo tarik garwa kulo medal saking griya (Saat terjadi gempa saya sedang membereskan rumah, namun tiba-tiba lantai terasa bergoncang, kuat sekali. Setelah menyadari apa yang terjadi, kemudian langsung saya tarik istri saya untuk segera meninggalkan rumah),” tutur pak Mardjono.

“Sakmeniko griya kulo sampun mboten sae bentukipun, nanging sakbeneripun griyo inggih teseh saget dilenggahi, kulo sak keluarga inggih teseh wedhi nempati griyo meniko, khawatir menowo lindhu wonten maleh (Kini tempat tinggal saya sudah tidak tentu bentuknya, kendati masih memungkinkan untuk dihuni, namun kami masih takut, khawatir gempa lagi),” katanya.

Hampir senada dengan pak Mardjono, Reni (35) mengaku baru pertamakali mengalami kejadian menakutkan seperti Sabtu (27/5) lalu. “Waktu itu saya lagi buat sarapan buat anak yang mau pergi sekolah, tiba-tiba terdengar bunyi gemuruh, tembok bergetar, debu-debu dari atap juga berjatuhan,” katanya. “Seketika itu pula saya tarik anak saya yang ada di ruang makan untuk segera keluar rumah. Suami yang sedang ada di halaman juga berteriak : gempa...gempa..., ayo keluar, cepat !!” katanya.

Aliran listrik pun menurut Reni langsung mati setelah gempa yang berlangsung hampir satu menit itu terjadi.

Dirinya merasa kaget melihat tempat tinggalnya dan rumah-rumah di sekitarnya sebagian besar hancur diguncang gempa. “Rumah saya mengkhawatirkan, nggak aman buat ditempati,” kata Reni yang sehari-hari mengajar di salah satu SD di Bantul ini.

Di luar, ia menyaksikan semua warga sudah berkumpul. Sebagian bahkan ada yang sudah menaiki kendaraan masing-masing untuk mengungsi ke tempat tinggi akibat adanya isu tsunami.

Kini orang-orang yang kehilangan tempat tinggal seperti Reni tidak hanya satu, namun ribuan. Mereka tersebar di berbagai daerah seperti Klaten, Yogyakarta, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul hingga bantul yang mengalami kondisi paling parah. Menurut data terakhir dari Pemerintah D.I Yogyakarta, lewat Sekda DIY Ir. Bambang S Priyohadi, MPA terungkap sedikitnya ada 116.046 rumah penduduk yang rusak (rata dengan tanah, rusak berat dan rusak ringan). (indra kh)***


0 Responses to “Gempa Robohkan Rumah Kami”

Leave a Reply

      Convert to boldConvert to italicConvert to link

 


    Image hosting by Photobucket
    • Indra KH
    • Content Dev, IT Documentation
    • Bandung, Jawa Barat, Indonesia
    • My Profile!
    • Chat with Indra KH

Previous posts

ARCHIVES

BLOGROLL

LINKS

BREAKFAST

Google



    cybermq


blog-indonesia

Indonesian Muslim 

Blogger

karyacipta





Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x


"Hit
Online College Degree