Malapetaka Peperangan


E-mail this post



Remember me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...



Image hosting by Photobucket

.....Sungguh suatu malapetaka bahwa harus ada perang ! Pedusunan indah menjadi mangsa dan dihancurkan. Dan sawah-ladang semuanya terbengkalai. Yang paling jahat ialah, sudah begitu banyak manusia kehilangan nyawa. Sekarang mereka terbaring di negeri lawan. Alangkah dahsyatnya malapetaka ini !......

Tulisan di atas adalah kutipan dari sebuah surat tentara Jerman yang dimuat dalam buku Last Letter from Stalingrad (Surat-surat penghabisan dari Stalingrad), yang dialihbahasakan oleh penyair Landung Simatupang, pada 2003 lalu.

Saat itu, tujuh buah tas yang berisi surat-surat para tentara Jerman yang diangkut pesawat terbang terakhir yang meninggalkan Stalingrad ditahan oleh komando Tinggi Jerman. Alamat tujuan dan nama pengirim dihilangkan, dan surat-surat itu dianalisis untuk mempelajari moril pasukan di medan laga.

Mungkin kita tak akan heran, jika tulisan curahan hati di atas bersumber dari warga sipil yang menjadi korban perang. Namun yang menarik, tulisan itu berasal dari seorang serdadu yang tengah terlibat hujan peluru di medan pertempuran.

Surat-surat itu seolah ingin memberikan kesaksian yang tak pernah basi tentang kejinya perang serta keberanian dan ketabahan manusia. Alasan paling rasional mengapa perang itu sendiri harus ditolak justru ditemukan oleh para prajurit itu sendiri di medan perang.

Betapa kita akhirnya harus membaca tuturan paling jujur dari para prajurit, bahwa perang adalah kesia-siaan yang abadi. Harapan kehidupan yang semakin menipis, frustasi, keterpisahan, dan derita yang begitu menyakitkan adalah realitas paling rasional yang akhirnya mereka mempertanyakan mengapa mereka harus ada di tempat dan di waktu peperangan itu. "Adu senjata" sebenarnya tak hanya dikhawatirkan oleh warga sipil, namun juga tak diinginkan oleh para serdadu.

***

Perang ada di dunia sejak lama. Mungkin sama dengan umur manusia itu sendiri. Padahal bila ditelisik sebenarnya tak ada pemenang dalam perang, baik pihak agressor maupun daerah pendudukan.

Jumlah korban jiwa dalam sebuah pertempuran tak pernah sedikit. Ribuan bahkan jutaan orang meregang nyawa dalam peperangan. Beberapa diantaranya akan dipaparkan berikut ini. Dalam perang dunia ke I, sedikitnya 5.497.600 tentara sekutu, 3.382.500 serdadu kekuatan pusat, dan 6.493.000 penduduk sipil tewas.

Dalam perang dunia ke II, yang mulai berkecamuk pada tanggal 1 September 1939 sampai tanggal 14 Agustus 1945, merupakan perang paling dahsyat pernah terjadi di muka bumi. Kurang lebih 50.000.000 orang tewas dalam konflik ini.

Pertempuran Stalingrad, yang terjadi antara bulan Agustus 1942 sampai tanggal 2 Februari 1943, merupakan titik balik Perang Dunia II. Dalam pertempuran ini pasukan Divisi VI Jerman bertempur melawan pasukan Uni Soviet. Di Stalingrad, pertempuran berkecamuk sangat sengit dan kedua kubu harus berperang demi merebut rumah dan jalan satu per satu.

Diperkirakan sekitar 40.000 tentara dari kedua belah pihak terbunuh dalam satu hari. Hingga kini pertempuran ini dianggap sebagai salah satu pertempuran besar dan paling berdarah dalam sejarah manusia. Jumlah korban jiwa diperkirakan mencapai 3 juta jiwa.

***

Perang juga tak hanya menimbulkan korban jiwa. Namun juga kerugian psikologis dan kelaparan - terutama anak-anak - sebagai dampak peperangan yang terjadi. Padahal dunia anak-anak adalah dunia kegembiraan, kepolosan, dan kebahagiaan serta dipenuhi dengan harapan dan impian yang manis. Namun, karena tak mengenal cara untuk survival, anak-anak menjadi sasaran pertama dari kekejaman, perang, dan ketidakadilan.

Di sepanjang perang yang terjadi selama 10 tahun terakhir di dunia, dua juta anak-anak kehilangan nyawa mereka dan 6 juta lainnya cedera.

Kita melihat anak-anak Palestina lebih banyak merasakan mesiu ketimbang susu ibu mereka. Betapa banyak anak-anak yang harus bergabung dalam antrian yayasan-yayasan sosial untuk meminta makanan dan sedekah demi memenuhi perut lapar mereka.

Anak-anak Irak kini banyak yang terserang kanker darah akibat senjata kimia yang digunakan dalam perang. Sebagian dari mereka menjadi cacat akibat terkena ranjau darat sisa-sisa perang.

Anak-anak Libanon banyak yang kehilangan ayah yang gugur dalam perang. Anak-anak Afghanistan kehilangan tempat tinggal yang hancur akibat serangan pasukan asing.

***

Sungguh, peperangan sebenarnya bukan solusi terbaik dalam menyelesaikan sebuah konflik. Peperangan lebih sering timbul akibat egoisme dan kesombongan para pemimpin sebuah bangsa. Kendati dalam beberapa kasus salah satu pihak merasa menang, namun tetap saja banyak kerugian.

Segala cara harus terus diupayakan untuk menghentikan perang, mengingat perang selalu menjadi malapetaka yang membuka peluang terbunuhnya orang-orang yang tidak berdosa. (red/mikha)***


0 Responses to “Malapetaka Peperangan”

Leave a Reply

      Convert to boldConvert to italicConvert to link

 


    Image hosting by Photobucket
    • Indra KH
    • Content Dev, IT Documentation
    • Bandung, Jawa Barat, Indonesia
    • My Profile!
    • Chat with Indra KH

Previous posts

ARCHIVES

BLOGROLL

LINKS

BREAKFAST

Google



    cybermq


blog-indonesia

Indonesian Muslim 

Blogger

karyacipta





Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x


"Hit
Online College Degree