Ancaman Ekstasi Membuat Ngeri


E-mail this post



Remember me (?)



All personal information that you provide here will be governed by the Privacy Policy of Blogger.com. More...



Image hosting by Photobucket

Ditemui Indra KH di sebuah lokasi tempat cuci motor di kawasan Bandung Utara, Kamis (17/11) siang, Wy (25) – sebut saja begitu – bersama tiga orang pegawainya tampak sibuk melayani pelanggannya. Bila melihat kegesitan Wy, orang mungkin tak menyangka kalau pemuda ini sempat menjadi pecandu narkoba, khususnya jenis shabu-shabu dan ekstasi.

Namun jika menyimak cara Wy berbicara, orang mungkin baru 'ngeh,' bila dia dulunya seorang pemakai narkotika, psikotropika, atau bahan adiktif lainnya. Cara Wy bertutur memang agak terbata-bata dan cedal. “Sebelumnya ngomong gua nggak seperti ini, lancar aja,” ujar Wy. Belum lagi gigi bagian depan pemuda ini, yang terlihat jarang akibat banyak yang keropos.

Perceraian orang tuanya sekitar 5 tahun silam menjadi penyebab Wy terjerumus ke jurang narkoba. Dirinya yang saat itu berusia 20 tahun kehilangan tempat untuk mengadu maupun berkeluh kesah. Kendati dari sisi materi, dirinya tak pernah merasa kekurangan, namun tetap saja perhatian ayah dan ibunya merupakan sesuatu yang sangat ia butuhkan.

Di saat kehilangan pegangan itu, lingkungan kuliahnya justru menyeret Wy untuk mencoba ektasi sebagai tempat pelarian. “Temen kuliah gua dulu borju-borju (kaya – red), doyan ngedugem, ke diskotik hampir setiap malam, dari situlah gua kenal inex dan shabu,” kata Wy.

Pun bila keinginan untuk memakai narkoba datang, sementara persediaan uang di kantong telah menipis, Wy mengaku kerap melego berbagai barang elektronik di rumahnya. ”Kalau inget lagi, kasian banget nyokap gua, barang-barangnya abis gua curi buat modal ngedrugs,” ujarnya menyesal.

Beruntung Wy berhasil keluar dari jeratan narkoba kurang lebih setahun yang lalu. Atas inisiatif pamannya, ia dibawa sebuah ke lokasi rehabilitasi korban narkoba di Jakarta. Kini setelah sembuh, Wy pun mencoba profesi barunya sebagai pemilik tempat cuci motor. Itu pun berkat bantuan modal dari Pamannya.

Tak banyak korban narkoba yang berhasil lolos dari cengkraman narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Bahkan jumlah pecandu narkoba cenderung terus meningkat. Dari catatan Badan Narkotika Nasional (BN) hingga bulan Maret 2005, menunjukkan jumlah pencandu narkoba di Indonesia berkisar 1,5 persen dari jumlah penduduk (sekitar 2,9 juta – 3,2 juta orang)..

Hampir semua orang mengetahui, narkoba sangat membahayakan tubuh, bahkan bisa berujung pada kematian. Namun para pecandu kerap mengesampingkan hal tersebut. Karena bagi mereka yang penting “happy.” Ekstasi, misalnya. Menurut Kepala Satuan II Psikotropika Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Drs Guntur Setyanto, M.Si, ekstasi yang diproduksi secara tradisional bisa dibuat dari campuran bahan-bahan yang sangat membahayakan kesehatan tubuh seperti obat nyamuk dan semen putih.

"Ekstasi itu ada yang dibuat dari bahan asal-asalan. Ekstasi sendiri berbahaya bagi tubuh tapi lebih berbahaya lagi kalau bahan bakunya sembarangan," kata Guntur Setyanto, M.Si di Jakarta, Selasa (27/7) lalu. "Kita temukan, ekstasi terbuat campuran dari obat tidur, baygon (obat nyamuk - red), semen putih, bahkan formalin. Coba bayangkan saja, ada semen yang biasa dipakai untuk merekatkan batu dipakai untuk membuat ekstasi," katanya.

Narkoba jenis kokain dan ekstasi pun ternyata bukan hanya menyebabkan ketagihan dan meningkatkan resiko terkena kanker, namun ternyata juga memicu mutasi genetis. Hal tersebut diungkapkan Giorgio Bronzetti, pimpinan peneliti di Departemen Bioteknologi Pusat Riset Nasional (CNR) Italia, seperti dikutip Kompas (9/12/03).

"Zat yang tergolong narkotik itu, di samping meracuni tubuh, juga menyerang DNA sehingga memicu terjadinya mutasi dan mengubah materi-materi yang diturunkan. Hal ini sangat mengkuatirkan karena efeknya bakal ditemui pada keturunan seorang pemakai kokain dan ekstasi," lanjutnya.

Dalam laporan CNR yang digarap selama tiga tahun, disebutkan pengujian terhadap hewan menunjukkan hubungan langsung antara ekstasi dan kokain dengan mutasi DNA. "Dengan kata lain, makin sering orang mengkonsumsi zat-zat itu, makin besar pula kerusakan DNA yang terjadi," kata Bronzetti.

Sebagai negara berpenduduk padat, Indonesia tentu merupakan lahan empuk bagi para bandar narkoba. Ini terbukti dengan penemuan beberapa pabrik ekstasi berskala besar yang berhasil dilakukan Polri di tahun ini. Terbongkarnya pabrik ekstasi yang disebut-sebut ketiga terbesar di dunia dengan omzet Rp 100 miliar seminggu, Sabtu (12/11) lalu membuat kita kaget. Betapa tidak, hanya dalam tempo satu minggu, narkoba jenis ekstasi ini bisa merusak hingga satu juta orang. Bisa dibayangkan berapa jumlah korban dalam satu bulan atau satu tahun ? Dan bila melihat berbagai dampak seperti diungkap dalam tulisan diatas, ancaman ekstasi tentunya pantas membuat kita ngeri. (red/mikha)***


0 Responses to “Ancaman Ekstasi Membuat Ngeri”

Leave a Reply

      Convert to boldConvert to italicConvert to link

 


    Image hosting by Photobucket
    • Indra KH
    • Content Dev, IT Documentation
    • Bandung, Jawa Barat, Indonesia
    • My Profile!
    • Chat with Indra KH

Previous posts

ARCHIVES

BLOGROLL

LINKS

BREAKFAST

Google



    cybermq


blog-indonesia

Indonesian Muslim 

Blogger

karyacipta





Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x


"Hit
Online College Degree